MAKALAH
SISTEM
RESPIRASI
ANALISA
GAS DARAH
oleh
kelompok VI
·
Andre
setiawan
·
Cyntia
Christina
·
M.rizal
Payawan Putra
·
Nani
indriani
·
Priska
riansi
·
Rina
anggraini
YAYASAN
EKA HARAP
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TAHUN
AJARAN 2014/2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Paru
mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil O2 dari
udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan ke udara luar. Bilamana paru
berfungsi secara normal, tekanan parsial O2 dan CO2 di dalam darah akan
dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis gas
darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam
penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru.
Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat
terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan
pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu
pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O2 dan CO2
serta pH darah dapat diukur dengan mudah.
Pemeriksaan
gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasian
penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga
pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui
darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga
keseimbagan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar biokarbonat,
saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah
arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan
gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari
penelitian analisa gas darah dan keseimbangan asam-basa saja, kita harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya.
Hematokrit
(HT) sangat diperlukan untuk menilai atau memberikan gambran tentang kekentalan
darah. Dimana semakin rendah nilai HT yang normalnya 45% maka akan terjadi
semakin haemodilusi (pengenceran), dan jika HT semakin tinggi maka darah
semakin meningkat visikositasnya (mengental).Pemantauan pertukaran gas
dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
1) Pemantauan invasive (kateter
arteri,punksi arteri,punksi vena,dan punksi kapiler).
2) Pemantauan non invasive (pulse
oximetry,monitor transkutaneus,monitor karbondioksida end-tidal).
Gas
darah memberikan informasi tentang oksigenasi,homeostasis CO2,dan keseimbangan
asam basa,dank arena itu merupakan alat terpenting yang digunakan dalam
mengevaluasi adekuasi fungsi paru.
Meskipun
tekanan parsial O2 arteri (PaO2) merupakan pengukuran standar oksigenasi
darah,saturasi O2 dengan pulse oxmetry (SapO2) merupakan penilaian non invasive
oksigen darah yang dapat mendeteksi hipoksemia.Pemantauan pulse oximetri yang
kontinyu dapat membantu mengobservasi keadaan kritis ataupun stabilitas
penderita setiap saat.
1.2
Rumusan masalah:
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud
dengan analisa gas darah?
2. Apa tujuan dan manfaat
dari pemeriksaan analalisa gas darah?
3. Apa saja prosedur
kerja dari analisa gas darah ?
4. Bagaimana indikasi
dari analisa gas darah ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui maksud
dari pemeriksaan analisa gas darah.
2. Mengetahui maksud
dan tujuan analisa gas darah.
3. Mengetahui apa saja
prosedur kerja dari analisa gas ddarah.
4. Mengetahui indikasi
dari analisa gas darah.
1.4
Metode penulisan
metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :
menggunakan
berbagai sumber terutama studi perpustakaan melalui buku dan juga browsing melalui Internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gas Darah
Pemeriksaan
Analisa Gas Darah (Astrup) adalah salah
satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika dibutuhkan
informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa (Ph), jumlah oksigen,
dan karbondioksida dalam darah pasien.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam
menghantarkan oksigen kedalam sirkulasi
darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2,
Ph, HCO3, dan seturasi O2.
Analisa
Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa (BGA) merupakan
pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk
mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),Karbondiosida ( CO2) dan
status asam-basa dalam darah arteri.
Analisa
gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji
gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan
dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2,
HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).Pemeriksaan gas darah dipakai untuk
menilai : “Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah,
Kadar karbondioksida dalam darah”. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah
tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal
melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia. Terdapat 4
macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
• Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
• Sistem dapar fosfat
• Sistem dapar protein
• Sistem dapar hemoglobin
2. Mekanisme pernafasan
3. Mekanisme ginjal, mekanismenya terdiri
dari:
• Reabsorpsi ion HCO3-
• Asidifikasi dari garam-garam dapar
• Sekresi ammonia
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD
Sebuah
analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen ke
darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang
berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa).
Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan
dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan
pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa
dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.Adapun
tujuan lain dari dilakukannya
pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1) Menilai fungsi respirasi (ventilasi).
2) Menilai kapasitas oksigenasi
3) Menilai keseimbangan asam-basa
4) Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5) Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6) Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7) Memperoleh darah arterial untuk analisa gas
darah atau test diagnostik yang lain.
Adapun
manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk menegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat
terapi,sertamengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh
gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic dalam tubuh.
1. Analisis gas darah digunakan untuk
diagnosa dan pengelolaan :
• Penyakit pernafasan
• Pemberian oksigen
• Kadar oksigenasi dalam darah
• Kadar CO2
• Keseimbangan asam-basa
• Ventilasi
2. Pemilihan bagian analisa gas darah :
a. Kriteria tergantung pada :
• Ada tidaknya sirkulasi koleteral
• Seberapa besar arteri
• Jenis jaringan yang mengelilingnya
b. Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih
:
• Adanya peradangan
• Adanya iritas .
• Adanya edema
• Dekat dengan luka
• Percabangan arteri dengan fistula
c. AGD tidak perlu dilakukan apabila:
1. Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada
tindakan medis selanjutnya.
2. Mengikuti prosedurpemeriksaan yang ada, bukan
karena adanya indikasi
3. Masih terdapat cara lain yang lebih mudah
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
4. Komplikasi yang timbul daripada hasil AGD
yang diharapkan.
2.3
. Prosedur kerja
· Baca status dan data klien untuk memastikan
pengambilan AGD.
· Cek
alat-alat yang akan digunakan.
· Cuci
tangan.
· Beri salam dan panggil klien sesuai dengan
namanya.
· Perkenalkan nama perawat.
· Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada
klien.
· Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan.
· beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
· Tanyakan keluhan klien saat ini.
· Jaga privasi klien
· Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
· Posisikan klien dengan nyaman
· Pakai sarung tangan sekali pakai
· Palpasi arteri radialis
· Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di
atas gulungan handuk
· Raba kembali arteri radialis dan palpasi
pulsasi yang paling keras dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
· Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan
yodium-povidin, kemudian diusap dengan kapas alkohol.
· Berikan
anestesi lokal jika perlu.
· Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin
1000 U/ml dan kemudian kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan
spuit
·
Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum
dengan sudut 45 ° sambil menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain
·
Observasi adanya pulsasi (denyutan)
aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa naik sendiri, kemungkinan
pungsi mengenai vena). Ambil darah 1
sampai 2 ml.
·
Tarik spuit dari arteri, tekan bekas
pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
·
Buang udara yang berada dalam spuit,
sumbat spuit dengan gabus atau karet
·
Putar-putar spuit sehingga darah
bercampur dengan heparin
·
Tempatkan spuit di antara es yang sudah
dipecah
·
Ukur suhu dan pernafasan klien.
·
Beri label pada spesimen yang berisi
nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan klien jika kilen menggunakan
terapi oksigen
·
Kirim segera darah ke laboratorium
·
Beri plester dan kasa jika area bekas
tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untu klien yang mendapat terapi
antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
·
Bereskan alat yang telah digunakan,
lepas sarung tangan
·
Cuci tangan
·
Kaji respon klien setelah pengambilan
AGD
·
Berikan reinforcement positif pada klien
·
Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
·
Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
·
Dokumentasikan di dalam catatan
keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah mana darah diambil dan respon
klien.
2.4 Indikasi Analisa Gas Darah
Indikasi
dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
Pasien dengan
penyakit obstruksi paru kronik
1. penyakit paru obstruktif kronis
yang ditandai dengan
adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non
reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu
bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi
ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat
menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon
dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang
buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru"
ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat
disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada
gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab
lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
3. Pasien akut respiratori distress sindrom
(ARDS)
ARDS
terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan
perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan
ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan
surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru menjadi sangat
menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik
dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner
& Suddart 616).
4. Infark miokard
Infark
miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009).
Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada
pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005)
5. Pneumonia
Pneumonia
merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi
infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi
karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak
langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
6. Pasien syok
Syok
merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang
adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan
pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor
lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga
terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism
sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary
Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada
derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap,
demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan
kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat
disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan
Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
8. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab
utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang
banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun
serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat
penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest
adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti
jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah
aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti
berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral
atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan
berhenti bernapas normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest
tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10
menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera,
kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin
bisa dicegah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
tujuan yang ada dapat disimpilkan bahwa, Pemeriksaan Analisa Gas Darah (Astrup)
adalah salah satu tindakan pemeriksaan
laboratorium yang ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan
keseimbangan asam basa (Ph), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah
pasien. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen kedalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida
dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, Ph, HCO3, dan seturasi O2. Analisa
Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa (BGA) merupakan
pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk
mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),Karbondiosida ( CO2) dan
status asam-basa dalam darah arteri.
3.2 Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang analisa gas darah.
DAFTAR
PUSTAKA
Analisis Gas Darah dan Manajemen Asam Basa.
Diakses dari http://hanif.web.ugm.ac.id/analisa-gas-darah-dan-managemen-asam-basa.html
Base Exess. Diakses dari wikipedia, the free
encyclopedia.
Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperaawatan
Medikal Bedah (terjemahan).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Djojodibroto, D.2009.Respirologi (Respiratory
Medicine).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan
Asam-Basa.2008.Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar